Sabtu, 07 Januari 2012

ASKEP PERITONITIS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyakit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis/ kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi. Pasien dengan peritonitis dapat mengalami gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat atau sistemik dengan syok sepsis.
Infeksi peritonitis terbagi atas penyebab primer (peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada organ visceral), atau penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat). Infeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi peritonitis infeksi (umum) dan abses abdomen (local infeksi peritonitis relative sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit yang mendasarinya.
Penyebab peritonitis ialah spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati kronik. Penyebab lain peritonitis sekunder adalah perforasi apendisitis, perforasi ulkus peptikum dan duodenum, perforasi kolon akibat diverdikulitis, volvulus dan kanker, dan strangulasi kolon ascendens.
Penyebab iatrogenic umumnya berasal dari trauma saluran cerna bagian atas termasuk pancreas, saluran empedu dan kolon kadang juga dapat terjadi dari trauma endoskopi. Jahitan operasi yang bocor (dehisensi) merupakan penyebab tersering terjadinya peritonitis.
Untuk mengetahui lebih jelasnya, akan dibahas dalam bab selanjutnya.
1.2       Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apakah pengertian peritonitis, dan etiologi peritonitis itu?
2.      Bagaimanakah patofisiologi peritonitis itu ?
3.      Apakah manifestasi klinik peritonitis, dan komplikasi peritonitis  itu ?
4.      Bagaimanakah penatalaksanaan/pengobatan peritonitis, dan pengkajian keperawatan peritonitis itu ?
5.      Apakah diagnosa keperawatan dari peritonitis itu ? dan Bagaimanakah rencana keperawatan/intervensi peritonitis itu dan dampak peritonitis terhadap penyimpangan KDM itu ?
1.3       Tujuan Makalah
            Tujuan Makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian dan etiologi peritonitis.
2.      Untuk mengetahui patofisiologi peritonitis.
3.      Untuk mengetahui manifestasi klinik, dan komplikasi peritonitis.
4.      Untuk mengetahui penatalaksanaan/pengobatan, dan pengkajian keperawatan peritonitis.
5.      Untuk mengetahui diagnosa keperawatan, rencana keperawatan dan dampak peritonitis terhadap penyimpangan KDM.
1.4       Manfaat Makalah
            Manfaat Makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagi Kami, Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah KMB I untuk memperoleh nilai tugas.
2.      Bagi teman sejawat, Makalah ini diharapkan dapat berfungsi  sebagai bahan bacaan terutama tentang Peritonitis.
3.      Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan diskusi kelompok.
4.      Bagi para perawat maupun calon perawat (mahasiswa/mahasiswi keperawatan), Makalah ini dapat memberikan informasi tentang bagaimana konsep medis dan konsep keperawatan Peritonitis.


BAB II
PERITONITIS

2.1        Konsep Medis
2.1.1        Defenisi
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyakit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis/ kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi.
2.1.2        Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan etiologi/penyebab timbulnya peritonitis, yaitu sebagai berikut :
F Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP), akibat penyakit hati kronik. Penyebab lainnya yakni : peritonitis sekunder, seperti: perforasi apendisitis, perforasi ulkus peptikum dan duodenum, perforasi kolon akibat diverdikulitis, volvulus dan kanker, dan strangulasi kolon ascendens.
F Penyebab iatrogenic, umumnya berasal dari trauma saluran cerna bagian atas termasuk pancreas, saluran empedu dan kolon kadang juga dapat terjadi dari trauma endoskopi.
2.1.3        Patofisiologi
Peritonitis menimbulkan efek sistemik. Perubahan sirkulasi, perpindahan cairan, masalah pernafasan menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sistem sirkulasi mengalami tekanan dari beberapa sumber. Respon inflamasi mengirimkan darah ekstra ke area usus yang terinflamasi. Cairan dan udara ditahan dalam lumen ini, meningkatkan tekanan dan sekresi cairan ke dalam usus. Sedangkan volume sirkulasi darah berkurang, meningkatkan kebutuhan oksigen, ventilasi berkurang dan meninggikan tekanan abdomen yang meninggikan diafragma.
2.1.4        Manifestasi klinik
Adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum visceral). Kemudian lama kelamaan menjadi jelas lokasinya (peritoneum parietal). Pada keadaan peritonitis akibat penyakit tertentu, misalnya : perforasi lambung, duodenum, pankreatitis akut yang berat/ iskemia.
Tanda-Tanda Peritonitis, yaitu sebagai berikut :
æ  Demam tinggi
æ  Pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia
æ  Takikardi
æ  Dehidrasi
æ  Hipotensi
2.1.5        Komplikasi
Komplikasi yang timbul dari peritonitis adalah sebagai berikut :
Ø  Eviserasi Luka.
Ø  Pembentukan abses.
2.1.6        Penatalaksanaan/ Pengobatan
Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah focus utama. Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri anti emetic dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah. Terapi oksigen dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang inkubasi jalan napas dan bantuk ventilasi diperlukan.
Tetapi medikamentosa nonoperatif dengan terapi antibiotik, terapi hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolic dan terapi modulasi respon peradangan. Penatalaksanaan pasien trauma tembus dengan hemodinamik stabil di dada bagian bawah atau abdomen berbeda-beda namun semua ahli bedah sepakat pasien dengan tanda peritonitis atau hipovolemia harus menjalani explorasi bedah, tetapi hal ini tidak pasti bagi pasien tanpa tanda-tanda sepsis dengan hemodinamik stabil. Semua luka tusuk di dada bawah dan abdomen harus dieksplorasi terlebih dahulu. Bila luka menembus peritoneum, maka tindakan laparotomi diperlukan.
Prolaps visera, tanda-tanda peritonitis, syok, hilangnya bising usus, terdapat darah dalam lambung, buli-buli dan rectum, adanya udara bebas intraperitoneal dan lavase peritoneal yang positif juga merupakan indikasi melakukan laparotomi. Bila tidak ada, pasien harus diobservasi selama 24-48 jam. Sedangkan pada pasien luka tembak dianjurkan agar dilakukan laparotomi.
2.2              Konsep Keperawatan
2.2.1    Pengkajian
r  Aktivitas/ Istirahat
Penderita peritonitis mengalami letih, kurang tidur, nyeri perut dengan penurunan aktivitas.
r  Eliminasi
Pasien mengalami penurunan berkemih.
r  Makanan/ Cairan
Kehilangan nafsu makan, mual/ muntah.
r  Hygiene
Kelemahan selama aktivitas perawatan diri.
r  Nyeri/ Ketidaknyamanan
Kulit lecet, kehilangan kekuatan, perubahan dalam fungsi mental.
r  Interaksi Sosial
Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
r  Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium : CT-Scan dan USG
r  Pernapasan
Pernapasan dangkal, Takipnea
2.2.2        Diagnosa Keperawatan
Ø  Infeksi resiko tinggi berhubungan dengan trauma jaringan.
Ø  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.
Ø  Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, demam dan kerusakan jaringan.
Ø  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah dan disfungsi usus.
2.2.3        Rencana Keperawatan/ Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1 :
Infeksi resiko tinggi berhubungan dengan trauma jaringan.
Tujuan : Infeksi teratasi.
Kriteria Hasil :
 Meningkatnya penyembuhan pada waktunya, bebas drainase, purulen atau eritema : tidak demam.
 Menyatakan pemahaman penyebab individu/ faktor resiko.
Intervensi :
Tindakan Mandiri :
v  Kaji tanda vital dengan sering, catat tidak membaiknya atau berlanjutnya hipotensi, penurunan tekanan nadi, takikardia, demam dan takipnea.
Rasional : Tanda adanya syok septic, endotoksin sirkulasi menyebabkan vasodilatasi, kehilangan cairan dan sirkulasi, dan rendahnya status curah jantung.
v  Catat perubahan status mental (pusing, bingung).
Rasional : Hipoksemia, hipotensi, dan asidosis dapat menyebabkan penyimpangan status mental.
v  Catat warna kulit, suhu, kelembaban.
Rasional : Hangat, kemerahan, kulit kering adalah tanda dini septicemia. Selanjutnya manifestasi termasukl dingin, kulit pucat, lembab dan sianosis sebagai tanda syok.
Tindakan Kolaborasi :
v  Bantu dalam aspirasi peritoneal, diindikasikan.
Rasional : Dilakukan untuk membuang cairan dan untuk mengidentifikasikan organism infeksi sehingga terapi antibiotik yang tepat dapat diberikan.
v  Ambil contoh/ awasi hasil pemeriksaan seri darah, urine, kultur luka.
Rasional : Mengidentifikasi mikroorganisme dan membantu dalam mengkaji keefektifan program antimicrobial.
v  Berikan antimikrobial, contoh: gentamicin (garamycin); amikasim (amikn); klindamisin (cleocin); lavase pretoneal/ IV..
Rasional : Terapi ditunjukkan pada bakteri anaerob dan hasil anaerob gram negative. Lavase dapat digunakan untuk membuang jaringan nekrotik dan mengobati inflamasi yang terlokalisir atau menyebar dengan buruk.
Diagnosa Keperawatan 2 :
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.
Tujuan : Volume cairan terpenuhi dan bertambah.
Kriteria Hasil :
 Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan oleh haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal
 Tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik
 Pengisian kapiler meningkat
 Berat badan dalam rentang normal
Intervensi :
Tindakan Mandiri
v  Pantau tanda vital, catat adanya hipotensi (termaksud perubahan postural), takikardia, takipnea, demam.
Rasional : Membantu dalam evaluasi derajat deficit cairan/ keefektifan penggantian terapi cairan dan respon terhadap pengobatan.
v  Observasi kulit/ membrane mukosa untuk kekeringan, turgor, catat edema perifer.
Rasional : Hipovolemia, perpindahan cairan, dan kekurangan nutrisi memperburuk turgor kulit, menambah edema jaringan.
v  Ubah posisi dengan berikan perawatan kulit dengan sering, dan pertahankan tempat tidur kering dan bebas lipatan.
Rasional : Jaringan edema dan adanya gangguan sirkulasi cenderung merusak kulit.
Tindakan Kolaborasi :
v  Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh : HB/HT, elektrolit, protein, albumin, BUN, reatinin.
Rasional : Memberikan informasi tentang hidrasi, funsi organ. Berbagai gangguan dengan konsekuensi tertentu pada system sistemik mungkin sebagai akibat dari perpindahan cairan.
v  Berikan plasma/ darah, cairan, elektrolit, diuretic sesuai indikasi.
Rasional : Mengisi/ mempertahankan volume sirkulasi dan keseimbangan elektrolit. Kolod (plasma, darah, membantu menggerakkan air ke dalam area intravaskuler dengan meningkatkan tekanan osmotic. Diuretic mungkin digunakan untuk pengeluaran toksis dan meningkatkan.
v  Pertahankan puasa dengan aspirasi nasogastrik/ intestinal.
Rasional : Menurunkan hiperaktivitas usus dan kehilangan.
Diagnosa Keperawatan 3 :
Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, demam dan kerusakan jaringan.
Tujuan : Nyeri berkurang/ terkontrol
Kriteria Hasil :
 Klien mengungkapkan nyeri berkurang/terkontrol.
 Klien dapat beraktivitas seperti semula
 Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi, metode lain untuk meningkatkan kenyamanan.
Intervensi :
Tindakan Mandiri
v  Pertahankan posisi semifowler sesuai indikasi.
Rasional : Memudahkan drainase cairan/ luka karena gravitasi dan membantu meminimalkan nyeri karena gerakan..
v  Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, nafas dalam, latihan relaksasi/ visualisasi.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan mungkin meningkatkan kemampuan koping pasien dengan memfokuskan kembali perhatian.
v  Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamam, intensitas (sakal 0-10) dan karakteristiknya (dangkal, tajam, dan konstan).
Rasional : Perubahan dalam lokasi/ intensitas tidak umum tetapi dapat menunjukkan terjadinya komplikasi. Nyeri cenderung menjadi konstan, lebih hebat dan menyebar ke atas : nyeri dapat local bila terjadi abses.
Tindakan Kolaborasi :
v  Berikan obat sesuai dengan indikasi : analgesic, narkotik.
Rasional : Menurunkan laju metabolic dan iritasi usus karena toksin sirkulasi/ local, yang membantu menghilangkan nyeri dan meningkatkan penyembuhan.
v  Berikan antiemetic, contoh : hidrokzin (fistaril).
Rasional : Menurunkan mual/muntah yang dapat meningkatkan nyeri abdomen.
v  Berikan antipiuretik, contoh : asentaminoven.
Rasional : Menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan demam/ menggigil.
Diagnosa Keperawatan 4 :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah dan disfungsi usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria Hasil :
 Mempertahankan berat badan.
 Keseimbangan nitrogen positif.
Intervensi :
Tindakan Mandiri
v  Awasi saluran selang NG. Catat adanya muntah/ diare.
Rasional : Jumlah besar dari aspirasi gaster dan muntah/ diare diduga terjadi obstruksi usus, memerlukan evaluasi lanjut.
v  Auskultasi bising usus, catat bunyi tidak ada/ hiperaktive.
Rasional : Meskipun bising usus sering tak ada, inflamasi/ iritasi usus dapat menyertai hiperaktivitas usus, penurunan absorbs air dan diare.
v  Kaji abdomen dengan sering untuk kembali ke bunyi yang lembut, penampilan bising usus normal, dan kelancaran flatus.
Rasional : Menunjukkan kembalinya fungsi usus ke normal dan kemampuan untuk memulai masukan peroral.
Tindakan Kolaborasi :
v  Berikan hiperelimentasi sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan penggunaan nutrient dan keseimbangan nitrogen positif pada pasien yang tidak mampu mengasimilasi nutrient dengan normal.
v  Awasi BUN, protein, albumin, glukosa, keseimbangan nitrogen sesuai indikasi.
Rasional : Menunjukkan fungsi organ dan status/ kebutuhan nutrisi.
v  Tambahkan diet sesuai toleransi, contoh : cairan jernih sampai lembut..
Rasional : Kemajuan diet yang hati-hati saat masukan nutrisi dimulai lagi menurunkan resiko iritasi gaster.

1 komentar: