Minggu, 08 Januari 2012

BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

A.     PENGERTIAN BERPIKIR KRITIS
·         Critical berasal dari bahasa Grika yang berarti : bertanya, diskusi, memilih, menilai, membuat keputusan
·         Kritein yang berarti to choose, to decide
·         Krites berarti judge
·         Criterion (bahasa Inggris) yang berarti standar, aturan, atau metode
·         Critical thinking ditujukan pada situasi, rencana dan bahkan aturan-aturan yang terstandar dan mendahului dalam pembuatan keputusan (Mz. Kenzie)
·         Critical thinking yaitu investigasi terhadap tujuan guna mengeksplorasi situasi, phenomena, pertanyaan atau masalah untuk menuju pada hipotesa atau keputusan secara terintegrasi.
·         Menurut Bandman (1998) adalah pengujian yang rasional terhadap ide-ide, pengaruh, asumsi, prinsip-prinsip, argument, kesimpulan-kesimpulan, isu-isu, pernyataan, keyakinan dan aktivitas. Pengujian ini berdasarkan alas an ilmiah, pengambilan keputusan, dan kreativitas.
·         Menurut Brunner dan Suddarth (1997) bahwa berpikir kritis adalah proses kognitif atau mental yang mencakup penilaian dan analisa rasional terhadap semua informasi dan ide yang ada serta merumuskan kesimpulan dan keputusan.
·         Berpikir kritis digunakan perawat untuk beberapa alasan :
1.      Mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
2.      Penerapan profesionalisme
3.      Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam member asuhan keperawatan
Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat dalam menuju keberhasilan dalam berbagai aktifitas
·         Freely mengidentifikasi bahwa berpikir kritis diperlukan guna mengembangkan kemampuan :
1.      Analisa
2.      Kritis
3.      Ide advokasi
Freely mengidentifikasi bahwa berpikir kritis menggunakan kemampuan deduktif dan induktif, kemampuan mengambil keputusan yang tepat didasarkan pada fakta dan keputusan yang dihasilkan melalui berpikir kritis

B.     METODE BERPIKIR KRITIS
Freely mengidentifikasi 7 metode critical thinking
·         Debate : metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan merupakan keputusan yang beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana dalam proses terjadi perdebatan atau argumentasi
·         Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri dalam proses mengambil keputusan
·         Group discussion : sekelompok orang memperbincangkan suatu masalah dan masing-masing mengemukakan pendapatnya.
·         Persuasi : komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi perbuatan, keyajinan, sikap, dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alas an, argument, atau bujukan. Debat dan iklan adalah dua bentuk persuasi
·         Propoganda : komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang sengaja dipersiapkan untuk mempengaruhi massa pendengar
·         Coercion : mengancam atau menggunakan kekuatan dalam berkomunikasi untuk memaksakan suatu kehendak
·         Kombinasi beberapa metode
C.     KARAKTERISTIK BERPIKIR KRITIS
·         Merupakan proses pengetahuan multi dimensi
·         Berorientasi pada proses
·         Kerangka dalam menginterpretasikan pengetahuan, tantangan, pengambilan keputusan, hipotesa dan memodifikasi
·         Mengembangkan nilai-nilai untuk pengambilan keputusan dan aktifitas
·         Kesadaran diri sendiri sebagai dasar membangun hubungan dengan klien, kesadaran diri, perasaan, keyakinan, nilai-nilai
·         Empati dan pemberdayaan
·         Menerapkan teori belajar
·         Sebagai hasi sosialisasi professional
·         Merupakan sikap/perilaku mencari dan meningkatkan kemampuan professional
·         Menyatukan pendapat
·         Meningkatkan kualitas keputusan guna menghindari kesalahan dalam keputusan
·         Konsisten
·         Melibatkan perasaan, angan-angan, harapan dan intuisi.

D.     AKTIVITAS MENTAL YANG DAPAT MUNCUL DARI SESEORANG YANG SUDAH MEMILIKI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
·         Mengajukan pertanyaan untuk menentukan alas an dan penyebab mengapa perkembangan tertentu terjadi dan untuk menentukan apakah diperlukan informasi lain
·         Mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan untuk mempertimbangkan semua fakrtor yang tercakup
·         Memvalidasi informasi yang tersedia untuk memastikan bahwa informasi itu akurat, bukan semata-mata pendapat atau dugaan bahwa informasi itu beralasan dan didasarkan pada fakta dan bukti
·          
E.      DEFENISI BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN
Perawat setiap hari mengambil keputusan. Perawat menggunakan keterampilan berpikir kritis dalam berbagai cara :
·         Perawat menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dari lingkungannya
·         Perawat menangani perubahan yang berasal dari stressor lingkungan
·         Perawat penting membuat keputusan
Beberapa tahun yang lalu ditemukan bahwa berpikir kritis dalam keperawatan diperlukan untuk mengeksplorasi
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah komponen dasar dalam pertanggunggugatan professional dan kualitas asuhan keperawatan. Pemikir kritis dalam keperawatan menunjukkan kebiasaan perasaan : percaya diri, kontekstual perspektif, kreatifitas, fleksibilitas, ingin tahu, intuisi, keterbukaan, tekun, refleksi.
F.      PEMIKIR KRITIS DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN
·         Menganalisa kemampuan kognitif, yaitu menggunakan pengetahuannya melalui berbagai pertimbangan dan penilaian.
·         Menerapkan standar, yaitu menggunakan berbagai standar, norma, atau nilai-nilai guna tetap mempertahankan kualitas dari hasil suatu proses berpikir
·         Memilah, yaitu mencoba untuk mengorganisir setiap permasalahan sehingga akan semakin jelas Nampak dari apa yang telah difikirkan
·         Mencari informs, yaitu mengidentifikasi berbagai fakta dan informasi yang memungkinkan mengenal secara jelas tentang apa yang menjadi focus perhatian
·         Alasan yang logis, yaitu setiap kali seseorang mengambil keputusan, maka keputusan itu telah dipertimbangkan secara matang dengan memberikan argumentasi yang tepat mengapa keputusan tersebut menjadi pilihan utama.
·         Memperkirakan, yaitu berbagai pertimbangan yang diperlukan untuk mencoba mengenal/mengidentifikasi secara tepat terhadap suatu fenomena
·         Transformasi pengetahuan yaitu berpikir kritis adalah merupakan bentuk transformasi pengetahuan dengan cara menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya guna mendekati persoalan atau fenomena yang menjadi focus perhatian seseorang.

G.     MODEL BERPIKIR KRITIS
Costa, dkk (1985) mengidentifikasi model berfikir kritis : The Six Rs
1.      Remembering  : menggunakan pengalaman masa lalu untuk mendekati pikiran saat ini
2.      Repeating : Semakin sering menggunakan cara berpikir kritis dalam menghadapu setiap persoalan kehidupan sehingga memudahkan mengambil keputusan
3.      Reasoning : berpikir kritis yaitu pengambilan keputusan atas dasar pertimbangan yang akurat serta penentuan pilihan atas alternative yang ditetapkan
4.      Reorganizing : Mengorganisasi kembali terhadap apa yang sementara menjadi focus perhatian untuk mengidentifikasi secara tepat terhadap fenomena yang menjadi perhatian utama
5.      Relating : menghubungkan dan menemukan relasi diantara fenomena yang dipikirkan
6.      Reflecting : menunda dalam pengambilan keputusan dengan tujuan menganalisa kembali secara hati-hati akan apa yang telah dipertimbangkan
H.     BENTUK BERPIKIR KRITIS
1.      Berbagai asumsi berfikir
·         Bahwa berpikir, perasaan, dan berbuat adalah semua komponen dasar keperawatan yang diharapakan yang dikerjakan bersama dan sejalan
·         Bahwa berpikir, berperasaan, berbuat adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam seluruh kehidupan praktek keperawatan
·         Bahwa perawat dan mahasiswa keperawatan adalah dua yang berbeda, tetapi keduanya dating dengan berbagai keterampilan berfikir dalam keperawatan
·         Bahwa upaya mengembangkan cara berfikir adalah upaya yang disengaja yang dapat dipertimbangkan dan dipelajari
·         Banyak mahasiswa keperawatan dan perawat menemukan kesulitan untuk menggambarkan keterampilan berfikirnya. Jarang dari mereka bertanya bagaimana berfikir, dan hanya biasanya bertanya apa yang mereka fikirkan
·         Berpikir  kritis dalam keperawatan hamper sama bila kita berfikir melakukan kegiatan yang sesuai dengan konteks situasi dimana berfikir terjadi
2.      5 bentuk berfikir (T.H.I.N.K)
·         Total Recall : mengingat fakta-fakta atau mengingatkan dimana dan mengapa kita menemukan sesuatu yang diperlukan
·         Habits : kebiasaan memungkinkan sesuatu dikerjakan tanpa mempunyai metode yang baru yang digunakan setiap saat
·         Inguiry : menguji isu-isu secara mendalam dan pertanyaan yang segera menjadi suatu kenyataan. Inguiry adalah cara berfikir yang utama yang digunakan guna mengambil keputusan.
·         New Idea and creativity : ide yang baru dan kreatifitas adalah merupakan hal yang penting dalam keperawatan sebab merupakan akar yang perlu dikembangkan dalam memberikan asuhan keperawatan.
·         Knowing How you think : berpikir dapat disebut sebagai metacognition. Meta artinya diantara atau ditengah, cognition artinya proses mengetahui. Jika perawat berada dalam suatu proses mengetahui, maka perawat akan dapat mengetahui apa yang dipikirkan.

I.        PENERAPAN KONSEP BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN
Ada empat hal pokok dalam penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu :
1.      Penggunaan bahasa dalam keperawatan
Perawat menggunakan bahasa secara verbal maupun nonverbal dalam mengekspresikan idea, pikiran, informasi, fakta, perasan, keyakinan, dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi lain ataupun secara nonverbal pada saat melakukan pendokumentasian keperawatan. Dalam hal ini berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif
Lima macam penggunaan bahasa dalam konteks berfikir kritis :
·         Memberikan informasi yang dapat diklarifikasi (informative use of language)
·         Mengekspresikan perasaan dan sikap (expressive use of language)
·         Melaksanakan perencanan keperawatan atau ide-ide dalam tindakan keperawatan (directive use of language)
·         Mengajukan pertanyaan dalam rangka mencari informasi, mengekspresikan keraguan dan keheranan (interrogative use of language)
·         Mengekspresikan pengandaian (conditional use of language)
2.      Argumentasi dalam keperawatan
Badman (1988) mengemukakan beberapa pengertian argumentasi terkait dengan konsep berfikir dalam keperawatan adalah sebagai berikut :
·         Berhubungan dengan situasi perdebatan atau pertengkaran (dalam bahasa sehari-hari)
·         Debat tentang suatu isu
·         Upaya untuk mempengaruhi individu atau kelompok untuk berbuat suatu dalam rangka merubah perilaku sehat
·         Berhubungan dengan bentuk penjelasan yang rasional dimana memerlukan serangkaian alas an perlunya suatu keyakinan dan pengambilan keputusan atau tindakan.
3.      Pengambilan keputusan
Dalam praktek keperawatan sehari-hari, perawat selalu dihadapkan pada situasi dimana harus mengambil keputusan dengan tepat. Hal ini dapat terjadi dalam interaksi teman sejawat profesi lain dan terutama dalam penyelesaian masalah manajemen di ruangan.
4.      Penerapan dalam proses keperawatan
a.       Pada tahap pengkajian
Perawat dituntut untuk dapat mengumpulkan data dan memvalidasinya dengan hasil observasi. Perawat harus melaksanakan observasi yang dapat dipercaya dan membedakannya dari data yang tidak sesuai. Hal ini merupakan keterampilan dasar berfikir kritis. Lebih jauh perawat diharapakan dapat mengelola dan mengkategorikan data yang sesuai dan diperlukan. Untuk memiliki keterampilan ini, perawat harus memiliki kemampuan dalam mensintesa dan menggunakan ilmu-ilmu seperti biomedik, ilmu dasar keperawatan, ilmu perilaku, dan ilmu sosial
b.      Perumusan diagnose keperawatan
Tahap ini adalah tahap pengambilan keputusan yang paling kritikal. Dimana perawat dapat menentukan masalah yang benar-benar dirasakan klien, berikut argumentasinya secara rasional. Semakin perawat terlatih untuk berfikir kritis, maka ia akan semakin tajam dalam menentukan masalah atau diagnose keperawatan klien, baik diagnose keperawatan yang sifatnya possible, resiko, ataupun actual. Berfikir kritis memerlukan konseptualisasi dan ketrampilan ini sangat penting dalam perumusan diagnose, karena taksonomi diagnose keperawatan pada dasarnya adalah suatu konsep (NANDA, 1998).
c.       Perencanaan keperawatan
Pada saat merumuskan rencana keperawatan, perawat menggunakan pengetahuan dan alas an untuk mengembangkan hasil yang diharapkan untuk mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan. Hal ini merupakan keterampilan lain dalam berfikir kritis, pemecahan masalah atau pengambilan keputusan. Untuk hal ini dibutuhkan kemampuan perawat dalam mensintesa ilmu-ilmu yang dimiliki baik psikologi, fisiologi, dan sosiologi, untuk dapat memilih tindakan keperawatan yang tepat berikut alasannya. Kemudian diperlukan pula keterampilan dalam membuat hipotesa bahwa tindakan keperawatan yang dipilih akan memecahkan masalah klien dan dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan
d.      Pelaksanaan keperawatan
Pada tahap ini  perawat menerapkan ilmu yang dimiliki terhadap situasi nyata yang dialami klien. Dalam metode berfikir ilmiah, pelaksanaan tindakan keperawatan adalah keterampilan dalam menguji hipotesa. Oleh karena itu pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan suatu tindakan nyata yang dapat menentukan apakah perawat dapat berhasil mencapai tujuan atau tidak.
e.       Evaluasi keperawatan
Pada tahap ini perawat mengkaji sejauh mana efektifitas tindakan yang telah dilakukan sehingga dapat mencapai tujuan, yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar kien. Pada proses evaluasi, standar dan prosedur berfikir kritis sangat memegang peranan penting karena pada fase ini perawat harus dapat mengambil keputusan apakah semua kebutuhan dasar klien terpenuhi, apakah diperlukan tindakan modifikasi untuk memecahkan masalah klien, atau bahkan harus mengulang penilaian terhadap tahap perumusan diagnose keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya

Sabtu, 07 Januari 2012

ASKEP PERITONITIS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyakit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis/ kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi. Pasien dengan peritonitis dapat mengalami gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat atau sistemik dengan syok sepsis.
Infeksi peritonitis terbagi atas penyebab primer (peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada organ visceral), atau penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat). Infeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi peritonitis infeksi (umum) dan abses abdomen (local infeksi peritonitis relative sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit yang mendasarinya.
Penyebab peritonitis ialah spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati kronik. Penyebab lain peritonitis sekunder adalah perforasi apendisitis, perforasi ulkus peptikum dan duodenum, perforasi kolon akibat diverdikulitis, volvulus dan kanker, dan strangulasi kolon ascendens.
Penyebab iatrogenic umumnya berasal dari trauma saluran cerna bagian atas termasuk pancreas, saluran empedu dan kolon kadang juga dapat terjadi dari trauma endoskopi. Jahitan operasi yang bocor (dehisensi) merupakan penyebab tersering terjadinya peritonitis.
Untuk mengetahui lebih jelasnya, akan dibahas dalam bab selanjutnya.
1.2       Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apakah pengertian peritonitis, dan etiologi peritonitis itu?
2.      Bagaimanakah patofisiologi peritonitis itu ?
3.      Apakah manifestasi klinik peritonitis, dan komplikasi peritonitis  itu ?
4.      Bagaimanakah penatalaksanaan/pengobatan peritonitis, dan pengkajian keperawatan peritonitis itu ?
5.      Apakah diagnosa keperawatan dari peritonitis itu ? dan Bagaimanakah rencana keperawatan/intervensi peritonitis itu dan dampak peritonitis terhadap penyimpangan KDM itu ?
1.3       Tujuan Makalah
            Tujuan Makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian dan etiologi peritonitis.
2.      Untuk mengetahui patofisiologi peritonitis.
3.      Untuk mengetahui manifestasi klinik, dan komplikasi peritonitis.
4.      Untuk mengetahui penatalaksanaan/pengobatan, dan pengkajian keperawatan peritonitis.
5.      Untuk mengetahui diagnosa keperawatan, rencana keperawatan dan dampak peritonitis terhadap penyimpangan KDM.
1.4       Manfaat Makalah
            Manfaat Makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagi Kami, Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah KMB I untuk memperoleh nilai tugas.
2.      Bagi teman sejawat, Makalah ini diharapkan dapat berfungsi  sebagai bahan bacaan terutama tentang Peritonitis.
3.      Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan diskusi kelompok.
4.      Bagi para perawat maupun calon perawat (mahasiswa/mahasiswi keperawatan), Makalah ini dapat memberikan informasi tentang bagaimana konsep medis dan konsep keperawatan Peritonitis.


BAB II
PERITONITIS

2.1        Konsep Medis
2.1.1        Defenisi
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyakit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis/ kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi.
2.1.2        Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan etiologi/penyebab timbulnya peritonitis, yaitu sebagai berikut :
F Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP), akibat penyakit hati kronik. Penyebab lainnya yakni : peritonitis sekunder, seperti: perforasi apendisitis, perforasi ulkus peptikum dan duodenum, perforasi kolon akibat diverdikulitis, volvulus dan kanker, dan strangulasi kolon ascendens.
F Penyebab iatrogenic, umumnya berasal dari trauma saluran cerna bagian atas termasuk pancreas, saluran empedu dan kolon kadang juga dapat terjadi dari trauma endoskopi.
2.1.3        Patofisiologi
Peritonitis menimbulkan efek sistemik. Perubahan sirkulasi, perpindahan cairan, masalah pernafasan menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sistem sirkulasi mengalami tekanan dari beberapa sumber. Respon inflamasi mengirimkan darah ekstra ke area usus yang terinflamasi. Cairan dan udara ditahan dalam lumen ini, meningkatkan tekanan dan sekresi cairan ke dalam usus. Sedangkan volume sirkulasi darah berkurang, meningkatkan kebutuhan oksigen, ventilasi berkurang dan meninggikan tekanan abdomen yang meninggikan diafragma.
2.1.4        Manifestasi klinik
Adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum visceral). Kemudian lama kelamaan menjadi jelas lokasinya (peritoneum parietal). Pada keadaan peritonitis akibat penyakit tertentu, misalnya : perforasi lambung, duodenum, pankreatitis akut yang berat/ iskemia.
Tanda-Tanda Peritonitis, yaitu sebagai berikut :
æ  Demam tinggi
æ  Pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia
æ  Takikardi
æ  Dehidrasi
æ  Hipotensi
2.1.5        Komplikasi
Komplikasi yang timbul dari peritonitis adalah sebagai berikut :
Ø  Eviserasi Luka.
Ø  Pembentukan abses.
2.1.6        Penatalaksanaan/ Pengobatan
Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah focus utama. Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri anti emetic dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah. Terapi oksigen dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang inkubasi jalan napas dan bantuk ventilasi diperlukan.
Tetapi medikamentosa nonoperatif dengan terapi antibiotik, terapi hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolic dan terapi modulasi respon peradangan. Penatalaksanaan pasien trauma tembus dengan hemodinamik stabil di dada bagian bawah atau abdomen berbeda-beda namun semua ahli bedah sepakat pasien dengan tanda peritonitis atau hipovolemia harus menjalani explorasi bedah, tetapi hal ini tidak pasti bagi pasien tanpa tanda-tanda sepsis dengan hemodinamik stabil. Semua luka tusuk di dada bawah dan abdomen harus dieksplorasi terlebih dahulu. Bila luka menembus peritoneum, maka tindakan laparotomi diperlukan.
Prolaps visera, tanda-tanda peritonitis, syok, hilangnya bising usus, terdapat darah dalam lambung, buli-buli dan rectum, adanya udara bebas intraperitoneal dan lavase peritoneal yang positif juga merupakan indikasi melakukan laparotomi. Bila tidak ada, pasien harus diobservasi selama 24-48 jam. Sedangkan pada pasien luka tembak dianjurkan agar dilakukan laparotomi.
2.2              Konsep Keperawatan
2.2.1    Pengkajian
r  Aktivitas/ Istirahat
Penderita peritonitis mengalami letih, kurang tidur, nyeri perut dengan penurunan aktivitas.
r  Eliminasi
Pasien mengalami penurunan berkemih.
r  Makanan/ Cairan
Kehilangan nafsu makan, mual/ muntah.
r  Hygiene
Kelemahan selama aktivitas perawatan diri.
r  Nyeri/ Ketidaknyamanan
Kulit lecet, kehilangan kekuatan, perubahan dalam fungsi mental.
r  Interaksi Sosial
Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
r  Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium : CT-Scan dan USG
r  Pernapasan
Pernapasan dangkal, Takipnea
2.2.2        Diagnosa Keperawatan
Ø  Infeksi resiko tinggi berhubungan dengan trauma jaringan.
Ø  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.
Ø  Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, demam dan kerusakan jaringan.
Ø  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah dan disfungsi usus.
2.2.3        Rencana Keperawatan/ Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1 :
Infeksi resiko tinggi berhubungan dengan trauma jaringan.
Tujuan : Infeksi teratasi.
Kriteria Hasil :
 Meningkatnya penyembuhan pada waktunya, bebas drainase, purulen atau eritema : tidak demam.
 Menyatakan pemahaman penyebab individu/ faktor resiko.
Intervensi :
Tindakan Mandiri :
v  Kaji tanda vital dengan sering, catat tidak membaiknya atau berlanjutnya hipotensi, penurunan tekanan nadi, takikardia, demam dan takipnea.
Rasional : Tanda adanya syok septic, endotoksin sirkulasi menyebabkan vasodilatasi, kehilangan cairan dan sirkulasi, dan rendahnya status curah jantung.
v  Catat perubahan status mental (pusing, bingung).
Rasional : Hipoksemia, hipotensi, dan asidosis dapat menyebabkan penyimpangan status mental.
v  Catat warna kulit, suhu, kelembaban.
Rasional : Hangat, kemerahan, kulit kering adalah tanda dini septicemia. Selanjutnya manifestasi termasukl dingin, kulit pucat, lembab dan sianosis sebagai tanda syok.
Tindakan Kolaborasi :
v  Bantu dalam aspirasi peritoneal, diindikasikan.
Rasional : Dilakukan untuk membuang cairan dan untuk mengidentifikasikan organism infeksi sehingga terapi antibiotik yang tepat dapat diberikan.
v  Ambil contoh/ awasi hasil pemeriksaan seri darah, urine, kultur luka.
Rasional : Mengidentifikasi mikroorganisme dan membantu dalam mengkaji keefektifan program antimicrobial.
v  Berikan antimikrobial, contoh: gentamicin (garamycin); amikasim (amikn); klindamisin (cleocin); lavase pretoneal/ IV..
Rasional : Terapi ditunjukkan pada bakteri anaerob dan hasil anaerob gram negative. Lavase dapat digunakan untuk membuang jaringan nekrotik dan mengobati inflamasi yang terlokalisir atau menyebar dengan buruk.
Diagnosa Keperawatan 2 :
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.
Tujuan : Volume cairan terpenuhi dan bertambah.
Kriteria Hasil :
 Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan oleh haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal
 Tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik
 Pengisian kapiler meningkat
 Berat badan dalam rentang normal
Intervensi :
Tindakan Mandiri
v  Pantau tanda vital, catat adanya hipotensi (termaksud perubahan postural), takikardia, takipnea, demam.
Rasional : Membantu dalam evaluasi derajat deficit cairan/ keefektifan penggantian terapi cairan dan respon terhadap pengobatan.
v  Observasi kulit/ membrane mukosa untuk kekeringan, turgor, catat edema perifer.
Rasional : Hipovolemia, perpindahan cairan, dan kekurangan nutrisi memperburuk turgor kulit, menambah edema jaringan.
v  Ubah posisi dengan berikan perawatan kulit dengan sering, dan pertahankan tempat tidur kering dan bebas lipatan.
Rasional : Jaringan edema dan adanya gangguan sirkulasi cenderung merusak kulit.
Tindakan Kolaborasi :
v  Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh : HB/HT, elektrolit, protein, albumin, BUN, reatinin.
Rasional : Memberikan informasi tentang hidrasi, funsi organ. Berbagai gangguan dengan konsekuensi tertentu pada system sistemik mungkin sebagai akibat dari perpindahan cairan.
v  Berikan plasma/ darah, cairan, elektrolit, diuretic sesuai indikasi.
Rasional : Mengisi/ mempertahankan volume sirkulasi dan keseimbangan elektrolit. Kolod (plasma, darah, membantu menggerakkan air ke dalam area intravaskuler dengan meningkatkan tekanan osmotic. Diuretic mungkin digunakan untuk pengeluaran toksis dan meningkatkan.
v  Pertahankan puasa dengan aspirasi nasogastrik/ intestinal.
Rasional : Menurunkan hiperaktivitas usus dan kehilangan.
Diagnosa Keperawatan 3 :
Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, demam dan kerusakan jaringan.
Tujuan : Nyeri berkurang/ terkontrol
Kriteria Hasil :
 Klien mengungkapkan nyeri berkurang/terkontrol.
 Klien dapat beraktivitas seperti semula
 Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi, metode lain untuk meningkatkan kenyamanan.
Intervensi :
Tindakan Mandiri
v  Pertahankan posisi semifowler sesuai indikasi.
Rasional : Memudahkan drainase cairan/ luka karena gravitasi dan membantu meminimalkan nyeri karena gerakan..
v  Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, nafas dalam, latihan relaksasi/ visualisasi.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan mungkin meningkatkan kemampuan koping pasien dengan memfokuskan kembali perhatian.
v  Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamam, intensitas (sakal 0-10) dan karakteristiknya (dangkal, tajam, dan konstan).
Rasional : Perubahan dalam lokasi/ intensitas tidak umum tetapi dapat menunjukkan terjadinya komplikasi. Nyeri cenderung menjadi konstan, lebih hebat dan menyebar ke atas : nyeri dapat local bila terjadi abses.
Tindakan Kolaborasi :
v  Berikan obat sesuai dengan indikasi : analgesic, narkotik.
Rasional : Menurunkan laju metabolic dan iritasi usus karena toksin sirkulasi/ local, yang membantu menghilangkan nyeri dan meningkatkan penyembuhan.
v  Berikan antiemetic, contoh : hidrokzin (fistaril).
Rasional : Menurunkan mual/muntah yang dapat meningkatkan nyeri abdomen.
v  Berikan antipiuretik, contoh : asentaminoven.
Rasional : Menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan demam/ menggigil.
Diagnosa Keperawatan 4 :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah dan disfungsi usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria Hasil :
 Mempertahankan berat badan.
 Keseimbangan nitrogen positif.
Intervensi :
Tindakan Mandiri
v  Awasi saluran selang NG. Catat adanya muntah/ diare.
Rasional : Jumlah besar dari aspirasi gaster dan muntah/ diare diduga terjadi obstruksi usus, memerlukan evaluasi lanjut.
v  Auskultasi bising usus, catat bunyi tidak ada/ hiperaktive.
Rasional : Meskipun bising usus sering tak ada, inflamasi/ iritasi usus dapat menyertai hiperaktivitas usus, penurunan absorbs air dan diare.
v  Kaji abdomen dengan sering untuk kembali ke bunyi yang lembut, penampilan bising usus normal, dan kelancaran flatus.
Rasional : Menunjukkan kembalinya fungsi usus ke normal dan kemampuan untuk memulai masukan peroral.
Tindakan Kolaborasi :
v  Berikan hiperelimentasi sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan penggunaan nutrient dan keseimbangan nitrogen positif pada pasien yang tidak mampu mengasimilasi nutrient dengan normal.
v  Awasi BUN, protein, albumin, glukosa, keseimbangan nitrogen sesuai indikasi.
Rasional : Menunjukkan fungsi organ dan status/ kebutuhan nutrisi.
v  Tambahkan diet sesuai toleransi, contoh : cairan jernih sampai lembut..
Rasional : Kemajuan diet yang hati-hati saat masukan nutrisi dimulai lagi menurunkan resiko iritasi gaster.